Senin, 08 Juni 2015

Permainan Kelas Tinggi

Semalem setelah pulang kerja main - main aja ke rumah tetangga buat belajar jahit, keasikan sampe lupa waktu, pulangnya baru sadar kalo sendal kesayangan engga ada di teras, wah ada yang ngerjain nih, dicari-cari cuma ketemu sebelah doang hadeeeeh sebel banget. Sebenarnya sih tau siapa pelakunya malah sempat ada niat ngerjain balik tapi engga jadi karena ingat cerita yang satu ini, ya udah deh di share aja hehee



Suatu hari salah seorang mahasiswa di kampus kami sedang berjalan-jalan bersama seorang professor yang terkenal sebagai sahabat para mahasiswa karena keramahannya bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongannya.

Sementara mereka berjalan, mereka menemukan sepasang sepatu yang mereka duga sebagai milik seorang miskin yang bekerja di ladang dekat mereka. Mereka tahu sebentar lagi pekerja miskin itu akan menyelesaikan pekerjaannya.

Mahasiswa itu berkata kepada professor,  Marilah kita buat sebuah permainan: kita sembunyikan sepatu ini, lalu bersembunyi di balik semak sambil menanti wajah kebingungannya ketika tidak menemukan sepatunya?

Sahabat mudaku, sahut professor itu. Kita tidak boleh memanfaatkan orang miskin demi kesenangan kita. Kamu kaya, dan kamu bisa memperoleh kegembiraan yang lebih besar dari orang miskin itu. Letakkanlah sekeping uang logam ke dalam tiap sepatunya. Setelah itu kita bersembunyi dan melihat apa yang terjadi dengannya.

Mahasiswa itu menurutinya dan mereka berdua bersembunyi di balik semak.

Orang miskin itu menyelesaikan pekerjaannya dan kembali untuk mencari baju hangat dan sepatunya. Sambil mengenakan baju hangatnya, ia memasukkan kakinya ke dalam salah satu sepatunya. Tetapi, karena merasa ada sesuatu yang keras, ia membungkuk untuk mencari tahu dan menemukan uang logam itu.

Keterkejutan dan kekaguman terlihat pada pandangannya. Ia pandangi uang logam itu, membalik-balikkannya, memandanginya sekali lagi dan sekali lagi. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi tidak melihat siapapun. Uang logam itu dimasukkannya ke dalam kantong dan memakai sepatu yang sebelah lagi. Bukan main terkejutnya ia ketika menemukan sekeping uang logam lagi.

Begitu terharunya ia sampai jatuh tersungkur dan menengadah ke langit sambil meneriakkan ucapan syukurnya. Betapa tidak, istrinya terbaring sakit tak berdaya, anak-anaknya tidak punya roti, tetapi ketika ia hampir saja mati, sepasang tangan tak dikenal telah menyelamatkannya.

Mahasiswa itu tertegun di tempatnya. Air mata menggenang di pelupuk matanya.

Kata professor itu, Tidakkah kau sekarang lebih gembira dibandingkan dengan permainan yang kau rencanakan tadi?

Anak muda itu menjawab, Bapak telah mengajarkan kepada saya suatu pelajaran yang takkan terlupakan. Kini saya dapat merasakan makna dari kata-kata yang sebelumnya tak pernah saya mengerti: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.